Close Menu
    What's Hot

    Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo

    23 Januari 2025

    Hantu-Hantu di Rumah

    23 Januari 2025

    Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor

    23 Januari 2025
    Trending
    • Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo
    • Hantu-Hantu di Rumah
    • Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor
    • Antara Rasa dan Logika: Aku dalam Novel Solilokui
    • Islam dan Perempuan
    • Negara Pancasila adalah Negara Islami
    • Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan ISIF
    • Puisi adalah Kehidupan
    PUSASTRA ISIF
    • Beranda
    • Peristiwa
    • Creative Writing
    • Literature Klasik
      • Etnik
      • Tradisi Lisan
      • Sastra Klasik
    • Literasi Anak
    • Drama & Film
    • Sastra & Filsafat
      • Filsafat
      • Sastra Populer
      • Sastra Islami
      • Sastra & Perempuan
      • Sastra Terjemahan
    • Pustaka
    • Opini
    • Karya Sastra
      • Cerpen
      • Puisi
    • Sisi Lain
    • Redaksi
      • Profil Pusastra
      • Tim Redaksi
      • Pengiriman Naskah
    PUSASTRA ISIF
    Home»Opini

    Puisi adalah Kehidupan

    24 Agustus 2024 Opini Tidak ada komentar4 Mins Read
    Share
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp Copy Link

    Oleh Maemunah

    Aku tenggelam dalam lautan keperihan
    Hingga aku tak mampu meronta
    dan tak mampu bernapas lega
    Aku terdiam seribu bahasa
    Menengadahkan sejuta kegundahan
    Hingga aku tak lagi kuasa bercerita
    Kecuali kepada diri-Mu
    (Masriyah Amva)

    Kadang sisi hidup meskipun perih, ia mampu menjadi sumber inspirasi. Bahkan tanpa kita sadari, ia juga mampu mendekatkan hati seseorang kepada Tuhannya. Seperti halnya puisi yang ditulis oleh seorang Pengasuh Ponpesn Kebon Jambu Al-Islamy Babakan Ciwaringin-Cirebon, ibunda Nyai Hj Masriyah Amva di atas. Dalam ketidakberdayaan ia mau bertahan meskipun hanya diam seribu bahasa dalam sejuta kegundahan. Lalu manusia hanya bisa bercerita (doa) pada sang raja manusia, Allah SWT. Memohon, merintih segala rasa lewat sebuah puisi yang mampu mendorong kita untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. Amien, karena puisi adalah cerita perjalanan jiwa dan pengalaman religi. Di sana kita bertemu, bercumbu dan bercengkerama dengan Illahi (Hj. Masriyah Amva).

    Dan ternyata, puisi tidak hanya sebentuk karya-karya besar. Namun puisi juga sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mau tidak mau, dunia telah diperindah dengan adanya puisi, tapi juga identik dengan kontrol. Pada masa kerasulan Muhammad SAW, puisi mendapat tempat yang sangat strategis. Untuk menjatuhkan satu suku terhadap suku lainnya, atau pujian, cukuplah membacakan bait-bait puisi di tempat yang telah ditentukan. Alquran mukjizat terbesar Nabi SAW memuat unsur puisi yang sangat indah dan kaya. Mengalahkan syair-syair yang ada. Keindahan gaya bahasa Al-Quran diakui para pakar bahasa dunia (Lilis Nihwan Sumuranje, Rahasia Sukses, Penulis Sukses)

    Puisi juga dapat melembutkan jiwa yang keras. Anis Matta, Lc, mengakui jika seseorang jauh dari sastra (puisi) hidupnya cenderung gersang karena itu, papar Anis, puisi perlu dikenalkan kepada anak-anak sejak dini.

    Sementara dalam poetika (ilmu sastra), sesungguhnya hanya ada satu istilah yaitu puisi. Istilah ini mencakup semua karya sastra, baik prosa (seperti cerpen, novel, naskah drama) maupun puisi itu sendiri (seperti sajak, syair, pantun, gurindam, mantra, seloka, atau pepatah). Hal ini bisa kita buktikan jika kita membaca sebuah karya sastra sajak atau cerpen misalnya. Pengamatan sastra akan segera mengatakan bahasanya puitis!

    Ya, puisi sebagai karya seni puitis. Kata puitis sudah mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Disebut puitis, apabila karya sastra itu bisa membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, atau secara umum bisa menimbulkan keharuan (Ael Azhar 1998).

    Menurutnya, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik (bentuk penulisan), dan struktur batin (isi puisi).

    Bahkan Nyai Hj. Masriyah mengutarakan hal yang sama akan tingginya nilai sebuah bait puisi yang ditulis untuk mengekspresaikan jalan hidup seseorang. Dengan alasan itu pula beliau akhirnya berhasil membukukan antologi puisi yang ke-2 dengan judul: Setumpuk Surat Cinta. Bagi penulis sendiri, puisi-puisi beliau adalah inspirasi kehidupan. Pengobat lara dan sepi akan kesendirian.

    Pernyata, di balik kesendirian yang biasa kita rasa amat menyiksa seolah Tuhan mengasingkan kita dari kehidupan manusia lain, disitu beliau mencurahkan makna emas dari arti kesendirian.

    Motivasi Hidup

    Kata ibunda Hj. Masriyah, “Kesendirian mengajarkanku hidup sendiri, tanpa cinta dan tanpa kasih. Kesendirian mengajariku hidup mandiri, tanpa bantuan dan tanpa perhatian. Kesendirian memaksaku menjadi besi, ditempa dan didera. Biarkan. Dia memberiku banyak peran, sebagai ibu dan pahlawan. Biarkan. Dia menjadikanku sendirian melewati siang dan malam. Dan, menjadikanku lebih berani menghadapi kerasnya kehidupan”. Untaian itu sangat memiliki arti penting dan dalam bagi siapapun yang mambacanya.

    Bagi beliau, puisi adalah segalanya, karena di sana ada doa, harapan, cita-cita dan renungan tentang segala hal. Yah, puisi adalah inspirasi, ekspresi, eksplorasi, sugesti, dan motivasi hidup. Disana kita bermain, menghayati, memahami dan mempelajari berbagai macam kehidupan.

    Puisi merupakan tempat yang indah untuk mengeluh, meratap, menjerit, menangis dan tertawa. Disana kita menemukan sumber kesejukan bagi jiwa yang gersang dan lara. Tapi, puisi pun bisa jadi tak berarti, bila kita baca tanpa rasa dan tanpa nalar. Puisi menuntut kita peka berpikir. Andai tidak, puisi hanyalah segugusan kata-kata yang maati (Masriyah Amva, 2008).

    Dan ketika seseorang merasa gundah atau bahagia, kemudian ia tuangkan dalam bentuk tulisan misalnya. Lebih seringnya orang akan mencurahkan isi hatinya lewat puisi atau sajak yang konon bagi siapa saja yang membacanya akan terpana, terbawa suasana, karena puisi tidak bisa dikarang-karang, tidak bisa dipaksa untuk ada, sebab ia datang dengan sendirinya. Puisi adalah kejujuran nurani, bukan rekayasa (Soni Farid Maulana). Melainkan dari jiwa yang terdalam. Benar-benar apa yang tengah dirasakan penulisnya. Sehingga bahasanya pun kadang dinilai terlalu berlebihan. Tapi itulah bahasa puisi, indah dan mendalam penuh makna.

    Mitra Dialog, 16 Mei 2009

    Maemunah. Alumni Pesantren Kebon Jambu.

    Artikel Puisi Featured Menulis Puisi

    Postingan Terkait

    Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo

    Hantu-Hantu di Rumah

    Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor

    Antara Rasa dan Logika: Aku dalam Novel Solilokui

    Islam dan Perempuan

    Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan ISIF

    Add A Comment
    Leave A Reply Cancel Reply

    Postingan Terbaru

    Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo

    23 Januari 2025

    Hantu-Hantu di Rumah

    23 Januari 2025

    Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor

    23 Januari 2025
    Rekomendasi

    Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo

    23 Januari 2025

    Reaktualisasi Fitrah Religius Sastra

    26 Juli 2024

    Creative Writing di Kampus ISIF

    26 Juli 2024

    Memperjuangkan Keadilan Melalui Cerpen

    31 Juli 2024
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Home
    • Buy Now
    © 2025 Pusastra ISIF

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.