Oleh Azka Khaerunnisa Arrayyan
Mahasiswa Institute Studi Islam Fahmina
“Tidak ada, di mana dia?”
Aku mencari adikku yang bernama Yasra. Jam 1 malam, aku terbangun karena haus. Saat aku keluar kamar, aku mendapati Yasra yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya di ruang tengah. Begitulah dia, mengerjakan tugasnya hingga larut malam. Terkadang tidak hanya tugasnya yang ia kerjakan, tapi dia juga mengerjakan tugas temannya. Itu tidaklah gratis, Yasra akan meminta bayaran untuk mengerjakannya. Kami sedang bertengkar, jadi aku hanya melewatinya dan tidak berkata apa-apa.
Kuteguk habis “air putih” yang orang-orang sebut itu. Padahalkan, air ini tidak ada warnanya. Kenapa bisa disebut air putih? Kenapa tidak air bening? Atau transparan mungkin? Aku kembali ke kamarku untuk melanjutkan tidurku. Tapi sayang, aku tidak bisa tidur. Berulang kali kupejamkan mata dan membaca doa, tapi rasa kantuk tak kunjung datang.
Aku keluar kamar lagi untuk buang air kecil. Saat kubuka pintu kamar, Yasra tidak ada di tempatnya.
“Di mana dia? Tadi di sini?”
Aku mencarinya di kamar, tidak ada. Kutengok juga ke ruang tamu, dia tidak ada juga di sana. Lagipula ruang tamu sangat gelap, tidak mungkin dia mengerjakan tugasnya di ruangan gelap seperti itu.
“Mungkin dia di kamar nenek,” pikirku.
Secepat kilat aku berlari ke kamar mandi karena aku sudah tidak kuat menahan rasa ingin buang air kecil.
Dingin, kenapa bisa subuh terasa begitu dingin? Subuh adalah waktu dimana hilangnya bulan dan mulai munculnya matahari, seharusnya ini terasa menghangat, tapi kenapa sedingin ini?
Brrrr…
Ternyata benar, Yasra tidur di kamar nenekku semalam. Sekarang yang menjadi pertanyaanku adalah, mengapa dia tidak membereskan buku-bukunya? Buku-buku itu berserakan di ruang tengah, tidak biasanya dia seperti itu. Dia akan selalu membereskan sisa-sisa belajarnya.
Sepulang sekolah, nenek berbisik padaku. “Ray, tahu tidak si Yasra semalam kenapa?” tanya nenekku.
“Loh, kenapa emangnya? Bukannya lagi nugas ya, semalam?” tanyaku kebingungan.
“Iya dia nugas, tapi dia ditakut-takutin juga semalam,” ucap nenekku.
“Ditakut-takutin? Gimana ceritanya? Kok bisa?” aku terkejut mendengarnya.
“Iya, diakan lagi belajar tuh semalam, nah terus si Yasra dengar ada suara anak kecil lagi ketawa di dapur. Ada bayangannya juga, dua atau tiga gitu, lagi lompat-lompatan katanya,” nenekku mulai bercerita.
“Serius Nek, ada suara anak kecil di dapur? Kok Raya ga dengar apa-apa ya?” ucapku tak percaya dengan apa yang diceritakan nenekku. Karena aku tidak mendengar apapun tadi malam. Kamarku bersebelahan dengan dapur, itu berarti seharusnya aku dapat mendengar suara anak kecil itu.
“Iya beneran, terus bukan hanya itu aja. Si Yasra juga lihat yang lain di ruang tamu,” lanjut nenekku.
“Di ruang tamu juga ada, Nek? Lihat apa tuh dia?” tanyaku penasaran.
“Bayangan juga, botak terus tinggi gitu… kaya lagi ngintip gitu.”
“Terus-terus gimana tuh dia? Duh, pasti syok berat dia melihatnya.”
Aku yakin pasti Yasra sangat terkejut dengan apa yang dialaminya semalam. Bayangkan, dua kejadian seram sekaligus dalam satu malam.
“Iya dia ketakutan, saking ketakutannya gemeteran tuh dia sampai tidak bisa berdiri. Terus dia merangkak ke kamar nenek.”
“Ya Allahu Rabbi, merangkak?”
Aku terkejut mendengarnya. Ada rasa iba dalam diriku karena melihat adikku yang dijahili hantu. Tapi di sisi lain, ini juga terdengar lucu.
Yasra, dari dulu dia selalu dijahili oleh hantu yang ada di rumah nenekku ini. Aku tidak mengerti mengapa hal-hal seperti itu terjadi padanya. Hantu-hantu itu menjahilinya hanya sekadar membuat suara dan memperlihatkan wujud mereka dalam bentuk siluet. Mereka tidak pernah menjahili lewat sentuhan fisik dan tidak juga memperlihatkan diri dalam wujud asli mereka.
Ada seorang pamanku yang mengerti hal mistis seperti ini. Nenekku bertanya padanya apakah akan baik-baik saja jika hal ini terus berlanjut? Nenekku juga merasa kasihan pada Yasra, ia takut ini akan mengganggu mental Yasra. Pamanku menjawab bahwa hal ini tidak akan memberikan dampak buruk kepada Yasra. Selagi hantu-hantu itu tidak berbuat berlebihan, maka ini dianggap hal biasa.
Aku mulai teringat dengan kejadian menyeramkan lainnya yang pernah dialami Yasra. Dia pernah bercerita bahwa, dia pulang larut malam saat itu. Yasra pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok. Setiba waktu pulang, dia diantar temannya menggunakan motor. Udara malam terasa dingin, tapi Yasra menikmatinya.
Tesss…..
Satu dua tetes air hujan mulai turun membasahi, Yasra dan temannya kehujanan di jalan. Mereka berdua berhenti untuk berteduh. Hujan mulai mereda, Yasra dan temannya melanjutkan perjalanan. Sesampainya di rumah, Yasra berteriak sedikit kencang agar tidak membangunkan tetangga. Pintu gerbang terkunci, Yasra terus berteriak agar ada yang membukakan pintu. Akhirnya, keluar pamanku dari kamarnya untuk membukakan Yasra pintu.
Yasra merasa tidak nyaman karena tubuhnya basah terkena hujan, ia ingin mandi tapi atmosfer di kamar mandi terasa begitu mencekam. Dia memutuskan untuk membersihkan wajah dan menyikat gigi. Perlahan dia gosok wajahnya, samar-samar terdengar ada orang yang sedang bersenandung.
“Siapa ya? Kok malam-malam begini ada yang nyanyi? Pakde kali ya?” batinnya.
Yasra menyangka bahwa yang bersenandung adalah pamanku. Yasra membasuh wajahnya, kemudian dia mulai menyikat giginya. Suara itu semakin terdengar olehnya, tapi masih tidak jelas bahasa apa yang digunakan dalam nyanyian itu. Saat Yasra hampir selesai menyikat giginya, Yasra merasakan hembusan napas di telinganya.
“Welcome home, Yasra.”
Yasra diam, dia terkejut tapi hanya diam yang bisa dia lakukan. Tubuhnya kaku dan gemetar, dia berusaha untuk terlihat tenang dan mulai berkumur-kumur. Dia pergi menuju kamarnya dengan keadaan berat, ingin sekali berlari tapi tak bisa dilakukan. Selangkah lagi dia sampai di kamar, di tutupnya kencang pintu itu. Begitu takutnya dia.
Bulu kudukku berdiri setelah mengingat cerita itu. Menurutku itu cerita yang cukup seram dibandingkan cerita-cita lain yang pernah dialami Yasra. Kenapa seram? Karena suaru itu terdengar jelas, dekat dan dapat dirasakan.
Aku selalu bertanya-tanya kenapa selalu Yasra yang diganggu oleh hantu-hantu itu? Maksudku, orang lain di rumah ini termasuk aku juga pernah diganggu hantu-hantu itu, dan itu dalam intensitas waktu yang terbilang jarang. Apakah ada sesuatu dalam diri Yasra yang membuat hantu-hantu itu tertarik, atau adakah hal yang lain?
Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau selalu ingin denganku
Kulakukan yang terbaik
Yang bisa kuakukan
Tuhan yang tahu kucinta kau
“Karena Ku Cinta Kau…”
Lagu yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari yang dijadikan soundtrack dalam sinetron Bayu Cinta Luna (BCL) ini menggema dalam ruangan. Aku bersama Yasra sedang menonton sinetron itu dalam keadaan gelap. Nenekku mengatakan untuk tidak boros listrik, matikan semua lampu ruangan yang tidak digunakan.
Akhirnya kami berdua memutuskan untuk hanya menggunakan lampu ruang makan untuk dijadikan sumber penerangan. Aku melamun saat iklan mulai bermunculan di TV, bosan rasanya, ingin kuganti mencarri film lain tapi aku sangat tidak ingin ketinggalan cerita tentang Bayu dan Luna ini. Ada cermin di samping TV, kupandangi cermin itu. Aku dapat melihat seisi ruang tamu dari cermin itu. Tak lama kemudian tiba-tiba muncul sesosok wanita berambut panjang dengan pakaian serba putihnya. Dia berjalan menuju ruang makan, yang itu berarti dia melewati aku dan Yasra yang sedang ada di ruang tengah.
“Sumpah demi apa itu kunti?” batinku.
Aku masih melongok terkejut melihat apa yang baru saja kulihat. Aku menengok ke belakang, mencari sosok seram itu dan tidak ada siapa-siapa. Dia pergi ke arah dapur tapi saat kutengok dari kejauhan, pintu dapur terkunci. Jadi kemana dia?
Yasra ada di depanku, ku tepuk bahunya.
“Yasra, tadi kamu lihat ga apa yang aku lihat?” tanyaku ketakutan.
“Iya lihat kok, kunti kan?”
“Itungan ketiga lari ke kamar yuk!”
Aku bersama Yasra berlari kencang menuju kamar. Ada ayahku di sana, kami berdua memeluknya. Kami ceritakan apa saja yang kami lihat tadi, tapi ayahku berkata jangan takut mungkin itu halusinasi. Mengapa orang tua selalu mengatakan itu adalah halusinasi? Aku yakin pasti mereka pernah melihatnya juga sewaktu kecil , iya kan? Jadi tidak mungkin itu halusinasi.
Tersadar aku dari lamunan. Itulah kisah seram yang pernah aku alami, dan ada Yasra saat itu. Jadi apakah benar hantu-hantu di rumah nenek tertarik dengan Yasra? Tapi kenapa?
Perlahan aku duduk di sofa. Mataku menatap ke sekeliling rumah. Ruangan TV ini terasa sangat sepi, orang-orang di rumah sedang pergi semua, entahlah pergi kemana, selepas pulang sekolah, di rumah telah kosong.
Tiba-tiba TV menyala dan aku merasakan ada sesuatu yang di duduk di samping. Dengan berat hati, aku melirik ke sampingku.
“Aaaaaaaaa……..!!!”