Close Menu
    What's Hot

    Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo

    23 Januari 2025

    Hantu-Hantu di Rumah

    23 Januari 2025

    Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor

    23 Januari 2025
    Trending
    • Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo
    • Hantu-Hantu di Rumah
    • Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor
    • Antara Rasa dan Logika: Aku dalam Novel Solilokui
    • Islam dan Perempuan
    • Negara Pancasila adalah Negara Islami
    • Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan ISIF
    • Puisi adalah Kehidupan
    PUSASTRA ISIF
    • Beranda
    • Peristiwa
    • Creative Writing
    • Literature Klasik
      • Etnik
      • Tradisi Lisan
      • Sastra Klasik
    • Literasi Anak
    • Drama & Film
    • Sastra & Filsafat
      • Filsafat
      • Sastra Populer
      • Sastra Islami
      • Sastra & Perempuan
      • Sastra Terjemahan
    • Pustaka
    • Opini
    • Karya Sastra
      • Cerpen
      • Puisi
    • Sisi Lain
    • Redaksi
      • Profil Pusastra
      • Tim Redaksi
      • Pengiriman Naskah
    PUSASTRA ISIF
    Home»Opini

    Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor

    23 Januari 2025 Opini Tidak ada komentar4 Mins Read
    Share
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp Copy Link

    Oleh Tasnim Qiy

    Mahasiswa Institute Studi Islam Fahmina

    Aku Merindukan Wajahmu
     
    Aku merindukan wajahmu seperti halnya putik bungur
    Menanti datangnya pagi. Di pematang aku memetik kecapi
    Ketika burung-burung berkicau bersama hangat matahari
    Siang bergerak menapaki gunung yang memanjang ke barat
     
    Aku mengenangkan wajahmu seperti halnya bunga kemboja
    Rindu pada gundukan tanah. Bukankah cinta dan kematian
    Ibarat saudara kembar? Sebelum rembang petang menutup
    Rumbai-rumbai kabut mengambang di atas perkebunan teh
     
    Kadang aku melukiskan wajahmu seperti halnya bulir embun
    Memberikan tekstur pada daun. Aku menyusuri ladang tomat
    Membayangkan segala kesegaran di bumi adalah rona pipimu
     
    Kadang aku melupakan wajahmu seperti halnya kelelawar
    Memilih pohon besar. Berbulan-bulan sembunyi di kuburan
    Sambil merumuskan bahwa aku sesungguhnya kembaranmu

    Puisi “Aku Merindukan Wajahmu’’ karya Acep Zamzam Noor merupakan karya sastra yang memiliki makna cukup mendalam. Dilihat dari struktur dan gaya bahasa yang digunakan, Acep menggunakan perbandingan dua hal secara langsung tanpa menggunakan kata penghubung atau sering disebut metafora. Salah satu contohnya pada paragraf pertama puisi tersebut; aku merindukan wajahmu/seperti halnya putik bungur menanti datangnya pagi. Di sini dijelaskan bahwa ‘’putik bungur’’ menanti datangnya pagi, seperti halnya menyampaikan kerinduan yang dinanti-nanti. Penulisan puisi tersebut menciptakan bayang-bayang atau imajinasi pembaca yang kuat dan mampu menciptakan perasaan rindu yang dialami secara indah.

    Puisi karya Acep Zamzam Noor ini mampu menciptakan rindu yang indah dengan melibatkan berbagai macam unsur atau komponen pada alam. Seperti burung-burung berkicau bersama hangat matahari yang menggambarkan suasana pagi hari yang sangat cerah. Rindu pada gundukan tanah/ rumbai-rumbai kabut mengambang di atas perkebunan teh dan bulir embun. Dengan demikian Acep sangat detail menggambarkan makna rindu dalam puisi tersebut secara mendalam dan kompleks.

    Dalam puisi ini sangat jelas mengandung makna kerinduan karena dilihat dari judul puisinya sendiri. Walupun tidak jarang makna antara judul dengan isi puisi terdapat perbedaan. Namun dalam puisi ini selaras antara judul dan isinya. Yaitu tentang kerinduan yang disampaikan tidak hanya bersifat emosional saja, tetapi juga filosofis yang menghubungkan antara cinta, kehidupan, dan kematian.

    Secara emosi yang diungkapkan dalam puisi ini sangat mendalam. Acep Zamzam Noor terkadang lupa akan wajah orang yang dirindukannya, ibarat seekor kelelawar yang memilih pohon besar sebagai tempat berlindungnya. Ia pun mengisyaratkan bahwa kerinduan tersebut merupakan bagian dari perjalanan hidupnya, seiring ia terus mencari makna dalam perpisahan.

    Berbicara tentang kerinduan, menurut Imam Al-Ghazali merupakan seorang filsuf, memiliki pandangan yang mendalam mengenai konsep dan makna rindu. Rindu menurut Al-Ghazali adalah konsekuensi alami dari cinta. Cinta menurutnya merupakan sesuatu yang bersifat naluriah dan tidak dapat dihindari sebagai perasaan mendesak yang tidak bisa ditolak, dan menunjukkan bagian dari fitrah manusia. Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa cinta dianggap sebagai sesuatu yang datang tanpa diundang dan merupakan bagian dari sifat dasar manusia.

    Saat seseorang mencintai, perasaan rindu muncul dengan sendirinya. Imam Al-Ghazali menekankan bahwa cinta dan hasrat tidak dapat dipisahkan, keduanya berkaitan erat. Kerinduan terjadi sebagai respon emosional ketika yang dicintai sudah tidak bersama lagi atau berada jauh dari kita. Sehingga hal itu menimbulkan rasa kehilangan dan keinginan untuk bertemu kembali. Sehingga cinta menimbulkan rasa rindu yang dapat berkaitan dengan kehidupan manusia, karena keduanya tidak dapat dipisahkan.

    Puisi karya Acep Zamzam Noor ini juga menggambarkan antara cinta dan kematian sebagai saudara kembar yang menunjukkan bahwa keduanya ada keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam puisinya Acep menekankan bagaimana cinta datang dalam berbagai bentuk, termasuk cinta yang mendalam. Seringkali disertai dengan kehilangan dan kerinduan yang pada gilirannya mengingatkan kita pada kematian. Oleh karena itu, puisi tersebut tidak hanya menyampaikan perasaan rindu, tetapi juga menggambarkan bagaimana cinta dan kematian berperan penting dalam perjalanan hidup dan pengalaman emosional manusia.

    Dengan demikian, puisi yang berjudul ‘’Aku Merindukan Wajahmu’’ karya Acep Zamzam Noor tidak hanya menyampaikan kerinduan saja, namun juga menggambarkan bagaimana cinta mampu menghubungkan kita dengan alam dan kehidupan secara lebih luas. Melalui penggunaan metafora dan perumpamaan yang kuat, Acep berhasil mengungkapkan kerinduan dan renungan mendalam atas cinta dan kehilangan yang mengingatkan pada kematian.

    Acep Zamzam Noor Artikel Puisi Featured Sastra Puisi

    Postingan Terkait

    Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo

    Hantu-Hantu di Rumah

    Antara Rasa dan Logika: Aku dalam Novel Solilokui

    Islam dan Perempuan

    Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan ISIF

    Puisi adalah Kehidupan

    Add A Comment
    Leave A Reply Cancel Reply

    Postingan Terbaru

    Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo

    23 Januari 2025

    Hantu-Hantu di Rumah

    23 Januari 2025

    Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor

    23 Januari 2025
    Rekomendasi

    Melihat Praktik Diskriminasi Umat Berbeda Agama dalam Puisi “Minggu Pagi di Sebuah Puisi” Karya Joko Pinurbo

    23 Januari 2025

    Pengajaran Membaca Melalui Kesusastraan di Era Digital: Literasi Lokal Berkualitas Global

    26 Juli 2024

    Analisis Puisi Aku Merindukan Wajahmu Karya Acep Zamzam Noor

    23 Januari 2025

    Antara Rasa dan Logika: Aku dalam Novel Solilokui

    25 November 2024
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Home
    • Buy Now
    © 2025 Pusastra ISIF

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.